Layanan Tiket Pesawat Murah, Booking dan Cetak Sendiri Tiketnya

CARA MUDAH BERBISNIS TIKET PESAWAT

Apakah anda sudah siap untuk Bergabung??

Bergabung? silahkan klik disini

Jumat, 10 Februari 2012

Belasan Calon Pilot Asal Indonesia Diduga Tertipu di Amerika

Belasan calon pilot asal Indonesia diduga tertipu oleh sebuah sekolah penerbangan di Amerika Serikat. Sekolah penerbangan itu bernama Accelerate 36 yang dimiliki seorang warga negara Indonesia yang berdomisili di California, Amerika Serikat, berinisial OM.

Dugaan penipuan itu dimuat dalam sebuah video yang diunggah di situs youtube.com. Pengunggah dan pembuat video itu adalah situs berita Kabarinews.com yang bermarkas di Amerika Serikat. Ada dua video yang diunggah akhir tahun 2011 lalu itu.

Video pertama menampilkan seorang instruktur pilot bernama Hifni Assegaf yang diwawancarai oleh seorang reporter Kabrinews. Video kedua menampilkan wawancara Kabarinews dengan para calon pilot yang katanya tertipu itu.  Tak tanggung-tanggung, sebanyak 16 orang calon pilot itu diduga tertipu masing-masing sebesar 30 ribu USD dollar atau Rp 270 juta.

Dalam rekaman itu, Hifni Assegaf menceritakan kronologi kasus ini. Pada awal tahun 2011 lalu sebuah sekolah penerbangan bernama Accelarate 36 yang bermarkas di Amerika Seikat membuka pendaftaran bagi pemuda Indonesia untuk sekolah pilot. Calon siswa harus mentrasfer uang sebanyak 30 ribu USD untuk bisa diterima.

"Bayar 30 ribu, nanti punya private pilot, single engine, instrument ratting, comercial pilot multi engine, termasuk biaya endorsment, dan pekerjaan lagi dari air line. Bayangkan itu cuma 30 ribu USD thats imposible. Sekolah pilot sekarang sudah 35 ribu ke atas," kata Hifni.

Tak curiga sejumlah siswa pun mendaftar dan yang lulus kemudian melakukan pengurusan pengajuan visa ke Kedubes Amerika Serikat di Jakarta. Pada proses ini menurut Hifni sebenarnya sudah mulai ditemui gelagat aneh.

Menurut Hifni, Accelerate 36 tidak bisa menjadi referensi dalam mengajukan I20 untuk visa di Kedutaan. Dalam pendaftaran ternyata para siswa menulis referensi sekolah yang dituju dengan nama Aero Tech. "Jadi istilahnya makelaran," kata Hifni.

Sebanyak enam orang siswa yang akhirnya merasa tertipu itu tetap berangkat ke Amerika dengan izin menetap selama satu tahun. Di sana sekolah itu memang ada, hanya saja ternyata tak punya pesawat sendiri dan meminjam pesawat milik sekolah penerbangan Aero Tech. Masalah pun mulai bermunculan.

"Anak ini benar tertipu, ada yang sudah dua bulan tidak terbang. Ada yang udah tujuh bulan di sini, itu jam terbangnya cuma 70 jam. Selama tujuh bulan. Jadi bapak bisa bayangkan sebulan cuma terbang 10 jam. Dan ingat, jika pilot tidak terbang selama satu minggu, kalau masih student itu feel landingnya hilang, abilitynya hilang, harus mulai dari zero lagi," kata hifni.

Alhasil sebanyak enam orang calon pilot itu pun terlantar. Bukan cuma mereka pada periode setelah enam orang ini ternyata ada beberapa orang lagi yang juga bernasib serupa.

Sebanyak enam orang siswa kemudian menyewa pengacara dan meminta pertanggungjawaban dari OC, pemilik Accelerate 36. Namun OC berkilah dan mengatakan bahwa para calon pilot berhutang padanya karena uang 30 USD itu sudah tak cukup untuk biaya para korban selama sekolah di sana. 

Hifni Assegaf mengaku mewakili para korban. Ia merupakan orang Indonesia yang bekerja di River Side sebagai instruktur penerbangan.  Ia dan para korban sudah menyewa pengacara dan mendaftarkan kasus ini diperidangan.

Sampai saat ini Tribunnews.com sedang berusaha meminta konfirmasi dari OM, pemilik Accelerate 36.

(Tribunnews)

Tidak ada komentar: